Friday, August 29, 2014

Untuknya.

Angin sempat berbisik kepadaku,
“Rindukah kamu pada untaian kata manis yang menjadi pengantar tidurmu setiap malam kala itu?”
Aku sempat menggeleng kemudian terdiam.
Ada yang disembunyikan dari hati ini. Ingin segalanya enyah, tapi ternyata tidak semudah itu.

Dan kemudian rintik hujan bernyanyi,
“Kamu rindu, hanya saja kamu menghukum diri sendiri untuk tidak melakukannya.”
Dan aku hanya bisa menelan ludah.

Aku selalu tahu bahwa akan ada yang terluka dari setiap peristiwa. Apapun itu. Dan kali ini aku mengutuk diri bahwa akulah yang akan menjadi pemeran paling memilukan dalam kisah ini.

Ada rasa yang ingin sekali dihapus, seperti dengan mudahnya menghapus bait puisi tentang dirinya pada catatan kecil ini. Hanya saja, kenangan dengannya yang indah membuat aku sedikit enggan untuk melupa.

Dia mungkin bukanlah seorang yang baik hati yang memberi seluruh miliknya untuk aku, tapi paling tidak dia sempat menjadi alasan aku untuk tersenyum dan semangat menjalani hari.


Pada saat ini aku hanya bisa melihatnya jalan menjauh dari pandangan. Berdoa dalam setiap derap langkah kakinya bahwa ia akan menuju titik yang memberinya bahagia. Walau bukan bertuju  kepadaku, setidaknya aku pernah berjalan disampingnya diiringi tawa dan canda. 
Finger Peace Sign