Saturday, February 5, 2011

Pilihan?

Hidup terlalu rumit. Atau...aku sendiri yang membuatnya rumit?

Masalah hati saja harus tetap memilih

Kalau salah pilihan? Gawat.

Cerita tentang kita memang tak pernah berujung dengan pilihan. Maksudku, pilihan itu secara tidak sadar aku pilih. Sehingga, aku hanya dapat menggigit ujung kelingkingku.

Kau tidak perlu repot-repot untuk memilih. Ini hanya untuk aku. Aku yang masih terus bertahan di garis yang sudah ditimpa aspal lainnya, tetapi aku masih bertahan.

Sebenarnya, penyesalan membuatku terus bertahan

Mungkin ini yang orang bilang karma, dan, Penyesalan Selalu Datang di Akhir

Pilihan itu kini bagai, aku dihadapkan pada kenyataan jika aku mengidap penyakit dan harus di operasi. Tetapi operasi itu belum tentu berhasil, bisa juga gagal. Atau....terus bertahan dengan keadaan mengenaskan, sampai ajal menjemput. Toh semua sudah ada jalannya.


Tapi pilihan untuku kali ini, yang terlontar dari bibir temanku;
1) Terus bertahan seperti ini, ikut bahagia ketika kebahagiaan menyelimutinya. Tanpa pernah mengeluh. Karena itu konsekuensinya.
2) Move on. Melupakan segala tentangnya. Bahkan bila perlu, anggap dia telah enyah.

Dan aku, memilih pilihan pertama. Walau aku tahu, itu sangat menyakitkan. Tidak apa-apa. Hatiku sudah sekuat tembaga, kok.

Love, Dhita.
Finger Peace Sign