Jika Hati Adalah Rumah
by Bardjan Triarti on Sunday, 24 January 2010 at 15:22
Jika Hati Adalah Rumah.
Kamu bisa mengintip ruang teras dengan sebuah kursi di dalam hati saya. Kursi itu tidak pernah diduduki lagi selain kamu yang boleh mendudukinya.
Padahal dari teras itu kita bisa bersantai, mengudap sepotong roti atau secangkir hangat teh dengan cangkirnya yang keemasan.
Tentang ayam-ayam yang kita pelihara di hampar halaman rumah kita, kini mereka berciak-ciak kelaparan. Tapi mereka hanya ingin makan dari tanganmu.
Tentang pepohonan yang tak pernah sepi dari tenggeran burung-burung mungil, biasanya berkicau. Tapi mereka hanya berkicau saat menyambut kamu pulang ke rumah dengan senyuman rapi yang selalu kamu sunggingkan walau kamu lelah bukan main
Tentang ranjang di mana kamu terlelap sembari melilitkan helai rambut saya di jemarimu dan setumpuk bantal yang masih itu-itu saja, smell of your hair.
Kamu bisa lihat hati saya? Rumah kita. Di terasnya ada sebuah kursi yang suka kamu duduki dengan kepala tengadah ke atas, lalu saya menghampiri kamu sambil melumat bibir merah kamu yang belum terjamah tar dan nikotin (Kamu tahu apel Rome Beauty? semerah itulah kamu punya bibir)
Tapi sekarang kursi itu kosong, berdebu, dan laba-laba senang bersarang di situ. Belum sempat saya bersihkan, habisnya, kalau melihat kursi itu saya jadi kangen dan menyumpah serapah diri sendiri. Melaknat sadis diri-sendiri.
Adakah kapan kamu pulang dan terima maaf saya?
By Bardjan To.......you
http://www.facebook.com/note.php?note_id=448712735382